MENGENAL PENGUJIAN TARIK
Dalam dunia Engineering, seringkali kita
dihadapkan pada istilah-istilah teknik seperti : tegangan tarik, tegangan
geser, tegangan yang dizinkan, Tegangan, Regangan, Modulus elastisitas, dll. Mungkin bagi para ahli
teknik (Engineer), istilah-istilah tersebut sudah menjadi hal yang biasa
dan mereka paham akan maksud dari indeks yang ditunjukan dari tegangan geser,
tegangan tarik, dll.
Nah, yang menjadi masalah adalah istilah-istilah tersebut seringkali masih terasa asing bagi mahasiswa teknik yang baru memasuki tahun-tahun awal perkuliahan atau bahkan mungkin mahasiswa yang sudah cukup lama mengikuti perkuliahan-pun belum sepenuhnya paham akan istilah-istilah tersebut. Pada pembahasan berikut ini, saya akan mencoba untuk berbagi pengetahuan khususnya tentang pengujian tarik.
Nah, yang menjadi masalah adalah istilah-istilah tersebut seringkali masih terasa asing bagi mahasiswa teknik yang baru memasuki tahun-tahun awal perkuliahan atau bahkan mungkin mahasiswa yang sudah cukup lama mengikuti perkuliahan-pun belum sepenuhnya paham akan istilah-istilah tersebut. Pada pembahasan berikut ini, saya akan mencoba untuk berbagi pengetahuan khususnya tentang pengujian tarik.
Tujuan pengujian mekanik suatu logam, yakni
dengan percobaan-percobaan yang dilakukan terhadap suatu logam untuk
mendapatkan data-data yang dapat menunjukan sifat-sifat mekanik logam tersebut. Pengujian tarik
bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dan perubahan-perubahannya dari
suatu logam terhadap pembebanan tarik. Pengujian ini umumnya diperuntukan bagi
pengujian beban-beban statik. Beban tarik tersebut dimulai dari nol dan
berhenti pada beban atau tegangan patah tarik (Ultimate Strenght) dari
logam yang bersangkutan. Beban uji yang telah dinormalisasikan ukurannya
dipasang pada mesin tarik, kemudian diberi beban (gaya tarik) secara
perlahan-lahan dari Nol hingga maksimum. Setiap kali dibuat Catatan mengenai
perubahan (pertambahan) panjang dan gaya yang diberikan. Hasil catatan tersebut
digambarkan dalam sebuah diagram Tegangan-Regangan, yang dirumuskan : Tegangan
sama dengan besarnya Beban dibagi dengan Luas penampang. Dan Regangan sama
dengan Pertambahan panjang dibagi dengan Panjang mula-mula. Secara umum, Diagram
Tegangan-Regangan dikategorikan menjadi 2 jenis :
1. Tegangan sebenarnya (True Stress) Pada Tegangan ini, nilai Luas penampang yang dipakai adalah luas
penampang saat itu (aktual), sehingga ketika terjadi Necking(pengecilan penampang), nilai Tegangan tariknya justru tetap
naik.

Keterangan gambar :
1. Pada pembebanan daro nol sampai mencapai titik proporsional limit, grafik
masih merupakan garis lurus. Pada daerah proporsional limit ini, apabila
besarnya pembebanan dibawah rentangan proporsional limit maka benda uji hanya mengalami deformasi plastis. Jadi jika gaya
itu ditiadakan maka benda uji akan
masih dapat kembali ke panjang mula-mula. Elastic limit merupakan batas antara deformasi elastik dan deformasi plastik.
Bila besarnya pembebanan melampau elastik limit ini maka grafik yang terbentuk
ini merupakan garis lengkung. Karena antara nol hingga proporsional limit merupakan garis lurus, maka berlaku hubungan
Tegangan dibagi dengan Regangan sama dengan Konstant, sama dengan Modulus Elastisitas (Young Modulus).
2. Apabila tegangan sudah mencapai titik Yields Stress maka benda uji sudah mulai nampak adanya pengecilan penampang. Dan ternyata pula pada titik tersebut benda uji mengalami pertambahan panjang dengan sendirinya walaupun besarnya beban tidak ditambah. Yields Stress dapat juga disebut dengan Yeild Point (Batas Lumer). Tetapi pada umumnya banyak logam yang tidak memiliki titik atau batas lumer yang jelas, terutama pada logam-logam yang rapuh. Pada diagram Tegangan-Regangan dari jenis logam tersebut titik lumer ditentukan dari harga tegangan dimana benda uji dari logam tersebut memperoleh perpanjangan (pertambahan panjang) permanen sebesar 0,2% dari panjang mula-mula. Tegangan ini biasanya dimanakan “Tegangan Net 0,2” dan merupakan dasar untuk menentukan Yield Stress.
3. Apabila pembebanan sudah mencapai titik Ultimate Stress (Batas Patah) maka tegangan ini merupakan tegangan tarik maksimum yang mampu ditahan oleh benda uji tersebut. Pada titik tersebut, benda uji sudah menunjukan gejala-gejala patah berupa retakan-retakan. Retakan-retakan yang sudah mulai timbul pada titik Ultimate Stressakan semakin bertambah besar dan akhirnya benda uji akan patah pada titik Fracture Stress.
2. Apabila tegangan sudah mencapai titik Yields Stress maka benda uji sudah mulai nampak adanya pengecilan penampang. Dan ternyata pula pada titik tersebut benda uji mengalami pertambahan panjang dengan sendirinya walaupun besarnya beban tidak ditambah. Yields Stress dapat juga disebut dengan Yeild Point (Batas Lumer). Tetapi pada umumnya banyak logam yang tidak memiliki titik atau batas lumer yang jelas, terutama pada logam-logam yang rapuh. Pada diagram Tegangan-Regangan dari jenis logam tersebut titik lumer ditentukan dari harga tegangan dimana benda uji dari logam tersebut memperoleh perpanjangan (pertambahan panjang) permanen sebesar 0,2% dari panjang mula-mula. Tegangan ini biasanya dimanakan “Tegangan Net 0,2” dan merupakan dasar untuk menentukan Yield Stress.
3. Apabila pembebanan sudah mencapai titik Ultimate Stress (Batas Patah) maka tegangan ini merupakan tegangan tarik maksimum yang mampu ditahan oleh benda uji tersebut. Pada titik tersebut, benda uji sudah menunjukan gejala-gejala patah berupa retakan-retakan. Retakan-retakan yang sudah mulai timbul pada titik Ultimate Stressakan semakin bertambah besar dan akhirnya benda uji akan patah pada titik Fracture Stress.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar